Saatnya Bertindak! Cegah dan Deteksi Dini Kanker Serviks Sekarang | OTC Digest
vaksin_hpv_kanker_serviks

Saatnya Bertindak! Cegah dan Deteksi Dini Kanker Serviks Sekarang

Kapan terakhir kali Anda melakukan Pap smear? Atau, masih ingat kapan terakhir mendapat vaksinasi? Sebagai orang dewasa, kita sering kali abai dengan kesehatan diri sendiri. Maka jangan heran bila angka kanker serviks (leher rahim) di Indonesia tetap saja tinggi. Sedangkan di negara-negara maju, insiden kanker ini sudah turun drastis. Di Australia misalnya, infeksi HPV (virus penyebab kanker serviks) turun dari 22,7% pada 2005 menjadi hanya 1,1% pada 2015.

Kanker serviks menjadi perhatian karena kanker ini bisa dicegah dan dideteksi dini. Organisasi Kesehatan Dunia WHO telah menyatakan bahwa eliminasi kanker serviks (leher rahim) telah berada dalam jangkauan untuk semua negara. Australia diperkirakan akan menjadi negara pertama yang akan mengeliminasi kanker serviks.

Pencegahan dengan vaksinasi, dan deteksi dini dengan skrining rutin merupakan dua cara utama untuk bisa mengeliminasi kanker serviks. “Kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan vaksinasi,” ungkap dr. Venita, Kabid Humas Pelayanan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)  DKI Jakarta, dalam bincang-bincang di Mal Ciputra, Jakarta, Jumat (26 Oktober 2018).

Baca juga: HPV Bukan Penyakit Menular Seksual, Vaksin Penting bagi Remaja dan Dewasa

Di Australia, vaksinasi HPV telah diberikan secara gratis untuk anak perempuan usia 12 – 13 tahun sejak 2007. Pada 2013, programnya diperluas; anak laki-laki pun mendapat vaksinasi gratis. Anak perempuan dan laki-laki di luar usia itu tapi masih <19 tahun bisa mendapat dua dosis vaksin gratis. Pada 2016, sebanyak 78,6% anak perempuan usia 15 tahun dan 72,9% anak lelaki usia 15 tahun telah mendapat vaksin HPV.

Sekitar 99,9% kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Memang, tidak semua strain HPV berbahaya. “Yang paling sering menyebabkan kanker adalah tipe 16 dan 18. Sekitar 70% kanker serviks disebabkan oleh kedua strain ini,” imbuh dr. Venita. Tipe yang tidak berbahaya, bisa menyebabkan kutil kelamin; misalnya tipe 6 dan 11.

Laki-laki tidak punya serviks. Lantas, mengapa di Australia, vaksinasi juga dilakukan pada anak laki-laki? “Laki-laki bisa berperan dalam menurunkan insiden kanker serviks. Dengan melakukan vaksinasi, dia akan mencegah penularan HPV ke pasangannya,” imbuh dr. Venita. Vaksinasi HPV juga akan melindungi laki-laki dari berbagai kanker yang bisa ditimbulkan oleh HPV seperti kanker penis dan anus.

Di Indonesia, telah dilakukan pilot project vaksinasi HPV pada anak kelas 5 SD/sederajat di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya. Tahun ini akan dimulai di Makassar dan Manado. “Kita ingin pemerintah sadar bahwa ini penting. Vaksin HPV layak gratis untuk semua perempuan,” tegas dr. Venita.

Baca juga: Alm. Jupe: "Jangan Takut Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks"

Vaksin HPV sudah bisa diberikan sejak usia 9 tahun. Untuk anak 9-13 tahun, cukup diberikan dalam 2 dosis, dengan interval antar dosis 6-12 bulan. Sedangkan untuk usia 14 tahun ke atas, dosisnya 3x, dengan interval (0-2-6).

Perempuan dewasa atau remaja putri di luar usia kelas 5 SD masih harus membayar sendiri untuk vaksin HPV. Memang relatif mahal, tapi sebanding dengan proteksi yang kita dapatkan, serta jauh lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan kanker serviks.

Coba bandingkan dengan berapa banyak biaya yang kita keluarkan saat melakukan perawatan wajah di salon? “Jangan hanya ingat mengurus wajah, tapi lupa mengurus bagian bawah. Kalau ada niat, pasti ada jalan,” ucap dr. Venita. Beberapa tempat menawarkan harga yang lebih murah, misalnya YKI DKI. Bukan berarti vaksin yang digunakan palsu. Karena sifatnya yayasan, YKI mendapat persetujuan dari produsen vaksin untuk harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat.

Baca juga: Ups! HPV Tidak Hanya Sebabkan Kanker Serviks, Tapi juga Kanker Lain

Jangan lupa untuk skrining rutin; ini wajib bagi perempuan yang sudah berhubungan seksual. Skrining bisa dengan Pap smear, atau IVA (inspeksi visual asam asetat). “Pemeriksaannya bukan sekali seumur hidup ya. Minimal, sekali dalam tiga tahun,” terang dr. Venita. Idealnya, lakukan skrining 1-2x dalam setahun.

Cara untuk mencegah dan mendeteksi dini kanker serviks telah tersedia. Kita sendiri yang menentukan, mau melakukannya atau tidak. “Jangan tunggu nanti, setelah timbul gejala baru periksa. Kita sudah tahu apa yang harus dilakukan, tinggal mengerjakan, call to action,” tandas dr. Venita. (nid)

_________________________________

Ilustrasi: Designed by Nensuria