Mudah lupa, Gejala Anemia saat Hamil | OTC Digest

Mudah lupa, Gejala Anemia saat Hamil

Salah satu tanda anemia saat hamil yang mudah dikenali, yakni mudah lupa dan/atau sulit konsentrasi. Gejala anemia yang lain seperti letih, umum dialami ibu hamil sehingga dianggap ‘wajar’. Pemeran utama Ada Apa dengan Cinta Dian Sastro, menceritakan pengalamannya saat hamil anak pertama dulu. “Kalau lagi hamil, kadang kita seperti telmi (telat mikir),” ujar ibu dua anak ini. Memang, Dian kurang suka makan daging merah. Menurut dokter yang merawatnya, asupan zat besinya kurang sehingga ia harus menerima transfusi darah.

Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin (Hb) <11 g/dl.  Hb adalah komponen dalam sel darah merah yang bertugas mengambil oksigen dari paru dan mendistribusikannya ke seluruh sel tubuh. Bila kadar Hb rendah, otomatis pasokan oksigen berkurang. Akibatnya tubuh mudah capek, lemah, letih, lesu dan kinerja otak terganggu hingga sulit konsentrasi dan mudah lupa.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyatakan, utamanya anemia disebabkan kekurangan zat besi. Saat hamil, cairan (plasma) darah bertambah sehingga darah menjadi lebih encer dan konsentrasi Hb berkurang. Ini sebenarnya hal yang normal, untuk meringankan kerja jantung yang menjadi lebih berat dengan adanya kehamilan. Produksi darah juga akan bertambah untuk mencukupi kebutuhan janin. Bila zat besi yang penting untuk pembentukan Hb kurang, maka kadar Hb akan rendah.

Efek buruk anemia selama kehamilan akan berdampak pada ibu dan bayinya. “Penelitian menyatakan, anemia pada trimester (TM) I dan II akan berdampak pada prematuritas (bayi lahir prematur), berat badan lahir rendah (BBLR), cacat bawaan dan sebagainya,” tutur Prof. Dr. dr. Johanes C. Mose, Sp.OG dari RS Hasan Sadikin, Bandung. Bila anemia terjadi di TM III, mungkin tidak akan berdampak banyak pada janin, karena masa kritis pertumbuhan janin sudah lewat. Namun bisa membahayakan ibu. Risiko yang paling besar yakni perdarahan selama atau pasca melahirkan sehingga bisa mengakibatkan kematian.

Efek jangka panjang, tumbuh-kembang dan kecerdasan anak bisa terganggu bila ibu kekurangan zat besi selama hamil. Cadangan zat besi anak pun lebih rendah saat dilahirkan dan ibu berisiko menderita anemia selama menyusui.

Prof. Johanes menambahkan, ibu perlu melakukan pemeriksaan darah 3-4x selama kehamilan. Yakni sedini mungkin begitu tahu dirinya hamil, pada TM II, TM III, dan “Sebelum melahirkan diperiksa lagi, untuk berjaga-jaga seandainya ibu harus mengalami tindakan operasi atau tindakan lainnya.” Lebih bagus lagi bila calon ibu periksa darah sebelum hamil, untuk mengetahui kondisinya. Bila hasilnya kurang bagus, bisa segera dilakukan perbaikan dan diharapkan saat hamil kondisinya sudah membaik.

Idealnya, semua ibu hamil melakukan pemeriksaan darah, agar bisa dilakukan penanganan yang tepat; bila kurang bisa segera diperbaiki, dan bila cukup/berlebihan dimonitor. Selain pemeriksaan darah rutin, juga perlu diperiksa kadar feritin. Dari periksa darah rutin, yang perlu diperhatikan yakni Hb dan hematokrit (konsentrasi sel darah merah dalam darah).

Hb normal bila kadarnya >11 g/dl. Nilai normal hematokrit yakni 40-42% untuk perempuan dewasa. Bila pemeriksaan tiap TM sulit dilakukan, minimal lakukan pemeriksaan segera setelah kehamilan diketahui, dan sebelum persalinan.

Pemeriksaan darah dan feritin (cadangan zat besi) juga penting untuk melihat apakah kadar Hb ibu tinggi. Perempuan dengan Hb >13 g/dl tidak memerlukan suplemen zat besi. “Menurut penelitian, suplementasi zat besi pada perempuan dengan Hb tinggi justru bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, sehingga bayinya kecil saat lahir,” tutur Prof. Johanes.

 

Anemia tersembunyi

Meski kadar Hb normal, Ibu tetap harus waspada. Selain periksa darah rutih, cek juga cadangan zat besi . “Bisa saja Hb normal, tapi feritinnya rendah. Ini disebut anemia tersembunyi,” kata Prof. Johanes. Niilai feritin normal untuk perempuan dewasa 15-200 ng/ml.

Tubuh bisa mengatur agar kebutuhan minimal tercapai, sehingga kadar Hb tetap normal dengan mengambil cadangan zat besi. Bila cadangan rendah, tubuh berada dalam level kritis. “Ibaratnya seperti tidak punya tabungan. Begitu ada apa-apa langsung bangkrut,” ucap dr. med. Damar Prasmusinto, Sp.OG (K) dari FKUI/RSCM, Jakarta, yang juga praktek di Brawijaya Woman and Children Hospital, Jakarta.

Kecukupan cadangan zat besi juga penting untuk mengompensasi selama kehamilan TM I, di mana ibu sering mual dan muntah sehingga sulit menerima makanan dan berisiko kekurangan nutrisi. Bila cadangan zat besi memadai, risiko anemia selama TM I bisa dihindari. (nid)

 

Baca juga: Trik Efektif Mengonsumsi Suplemen Zat Besi