Mencegah Infeksi Vagina | OTC Digest

Mencegah Infeksi Vagina

Pernah merasa tidak nyaman karena Miss V terasa lembab, ketika memakai jeans di siang hari? Di negara tropis, tingkat kelembaban udara yang tinggi membuat kita mudah berkeringat; pakaian dalam pun mudah basah dan lembab.

Selain tidak nyaman, kondisi ini bisa memicu pertumbuhan bakteri dan jamur, dan nmenyebabkan infeksi pada vagina. Hampir 50% wanita tidak menyadari dirinya mengalami gangguan  (Mitchell H., BMJ 2004), karena sering tidak menimbulkan gejala.

Gejala yang paling umum yakni terjadi keputihan. Bukan keputihan biasa, melainkan keputihan patologis. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG dari FKUI/RSCM, Jakarta, menyatakan, “Tanda keputihan patologis antara lain disertai gatal dan bau tak sedap, dan warna cairan berubah.”

Pada infeksi akibat bakteri atau bacterial vaginosis (BV), cairan terlihat seperti cacar air; ada bola-bola berisi cairan. Warnanya bisa abu-abu dan berbau amis, terutama setelah berhubungan intim.

Umumnya, BV tidak berbahaya. Namun jika didiamkan, bakteri bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan vagina sehingga lebih sulit diobati. Lebih jauh lagi, infeksi bisa berlanjut menjadi penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease), infeksi pada rahim, tuba falopi (saluran telur), atau indung telur. “Ini disebut ascending infection,” ujar dr. Andi Darma Putra, Sp.OG dari FKUI/RSCM. Pada wanita hamil, BV bisa menyebabkan bayi lahir prematur.

BV dapat dicegah dengan menjaga kebersihan pakaian dalam. Kenakan pakaian dalam serta rok/celana dari bahan yang menyerap keringat, sehingga area V tidak mudah lembab. Membersihkan vagina dengan sabun agar terasa kesat dan tidak mudah lembab tidak dianjurkan, karena bisa membunuh flora (bakteri) alami penjaga vagina. BV terjadi ketika populasi bakteri baik di vagina terganggu, sehingga bakteri patogen mendominasi.

Bakteri baik yakni Lactobacillus yang menghasilkan asam laktat, yang membuat pH (keasaman) vagina tetap berada pada kisaran 3,8-4,2. “Pada tingkat keasaman itu, tidak ada bakteri lain yang bisa hidup selain Lactobacillus,” terang dr. Andi. Jika populasi Lactobacillus berkurang, kadar pH akan berubah. Bakteri patogen bisa merajalela dan menimbulkan gangguan.

Membersihkan vagina cukup dengan air bersih. Bila ingin lebih nyaman, bisa digunakan cairan pembasuh vagina yang berbahan dasar asam susu. Pembasuh seperti ini akan membantu meningkatkan/menjaga populasi Lactobacillus di vagina.

Perempuan yang sedang mengonsumsi antibiotik, ada baiknya menggunakan pembasuh asam susu karena antibiotik akan membunuh semua bakteri, termasuk Lactobacillus. Penelitian oleh dr. Junita, Sp.OG, dkk (Dept. Kebidanan & Kandungan FKUI/RSCM, Jakarta) menunjukkan, pembersih dengan asam susu mengurangi keputihan, gatal dan rasa terbakar pada 71 kasus keputihan. Karena tidak mengandung antiseptik, pembasuh dengan asam susu aman digunakan setiap hari. (nid)