Kanker Payudara: Kenali Risikonya, Lakukan Deteksi Dini dengan Mamografi | OTC Digest
kanker payudara_mamografi_YKPI

Kanker Payudara: Kenali Risikonya, Lakukan Deteksi Dini dengan Mamografi

Kanker payudara masih menempati urutan pertama dari 10 kanker terbanyak di Indonesia.  Selain itu, 70% pasien kanker payudara terdeteksi di stadium lanjut. Hal ini berdampak pada beban biaya yang ditanggung BPJS, yang mencapai > 1 triliun setahun. Bila kanker bisa ditemukan di stadium awal, akan sangat mengurangi beban biaya pengobatan. 

Sesungguhnya, kanker payudara bisa dideteksi dengan SADARI (periksa payudara sendiri) atau SADANIS (pemeriksaan payudara klinis).“Masalahnya di Indonesia, belum semua perempuan tahu cara mendeteksi dini kanker payudara,” ungkap dr. Martha Royda Manurung dari RS Kanker Dharmais saat pemeriksaan mamografi gratis untuk wartawan di  Sekretariat YKPI (Yayasan Kanker Payudara Indonesia), yang dikoordinir oleh Forum Ngobras.

 (Baca juga: Mamogram Rutin bisa Menyelamatkan Nyawa, Sains Menjelaskan)

Untuk mendeteksi kanker payudara dengan lebih detil, digunakan USG dan mamografi. Khusus untuk mamografi, dianjurkan untuk yang berusia 40 tahun ke atas, di mana jaringan payudara sudah tidak terlalu padat sehingga bisa didapatkan gambar yang jelas. Pemeriksaan mamografi juga bisa dikombinasikan dengan USG.

Faktor risiko kanker payudara yang paling sering adalah faktor hormonal. Di antaranya haid sebelum usia 12 tahun, hamil anak pertama di usia lebih 30 tahun, tidak pernah hamil dan menyusui, terlambat menopause (di usia lebih dari 50 tahun), dan penggunakan KB hormonal. "Mereka ini disarankan rutin melakukan deteksi dini, termasuk yang pernah ada riwayat tumor jinak payudara," jelas dr. Martha. Perempuan usia <40 tahun dengan faktor risiko, bisa menjalani mamografi.

(Baca juga: Hormon dan Lemak, “Tertuduh” Pemicu Tumbuhnya Kanker Payudara)

Salah satu peserta mamografi, Dian Anditia (43) dari Wartakota, baru pertama kalinya melakukan mamografi. Menurutnya, pemeriksaan di Unit Mammografi YKPI sangat nyaman, “Tidak terasa sakit.” Dian tergerak melakukan mamografi karena usianya sudah memasuki periode pemeriksaan rutin mammografi, apalagi riwayat tumor jinak di keluarga. “Ibu saya pernah dua kali operasi tumor jinak,” ucapnya.

Ketua YKPI Linda Gumelar menjelaskan, YKPI rutin melakukan mamografi gratis, sejak YKPI memiliki unit mammografi keliling tahun 2005 dengan bus kecil. Sejak 2015 unit mamografi YKPI sudah dilengkapi alat terbaru. Bus mamografi setiap minggu keliling ke berbagai Puskesmas di seluruh Jakarta, bekerjasama dengan RS Kanker Dharmais.

(Baca juga: Jangan Lengah – Lemak Tubuh Tingkatkan Risiko Kanker Payudara, meski IMT Normal)

Sepanjang 2017, sebanyak 3.160 perempuan diperiksa di bus mamografi, meningkat dari 2016 (2.515 perempuan). Menurut Linda, peningkatan ini karena permintaan Kemenkes yang tengah gencar mensosialisasikan program Germas. Dari 3.160 yang diperiksa, ada 1,4% yang dicurigai tumor ganas. 

"Angka 1,4% secara statistik mungkin tidak signifikan, tetapi sekecil apapun mereka adalah manusia. Satu nyawa yang bisa diselamatkan sangat berarti," tegas Linda. Ia menambahkan, salah satu tujuan YKPI melakukan mamografi untuk masyarakat yakni untuk menekan kejadian kanker payudara metastasis stadium lanjut di tahun 2030. Linda sendiri merupakan penyintas kanker payudara ganas. (nid)