Cacingan Ganggu Tumbuh Kembang dan Kecerdasan Anak | OTC Digest

Cacingan Ganggu Tumbuh Kembang dan Kecerdasan Anak

Anak yang tampak sehat, bisa menderita cacingan. Ini terungkap dalam diskusi yang diselenggarakan PT Johnson & Johnson Indonesia di Jakarta (17/10/2017), dari press release yang diterima OTC Digest. Cacingan adalah infeksi cacing dalam tubuh manusia, yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminthes/STH). “Seseorang disebut penderita cacingan bila dalam pemeriksaan tinjanya, ditemukan telur cacing dan/atau cacing,” ujar  dr. Rospita Dian, Head of Medical Affairs, PT Johnson & Johnson Indonesia. Di Indonesia, STH paling sering disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus) dan cacing kremi (Enterobius vermicularis).

Gejala cacingan sering kali tidak jelas, atau bahkan tidak ada gejala sama sekali pada infeksi ringan. Gejala yang muncul seringnya sangat umum. Misalnya  nafsu makan berkurang, kurang bergairah, mudah lelah, mudah sakit, anemia, kemampuan belajar menurun. “Kadang disertai gejala gangguan pencernaan seperti diare, mual/muntah, perut terasa begah, dan ada darah di tinja,” tutur dr. Dian. Dubur terasa gatal terutama di malam hari hingga anak susah tidur, kerap terjadi pada infeksi cacing kremi.

Cacingan bukan sekadar infeksi biasa. Gangguan ini bisa mengganggu asupan, pencernaan, penyerapan dan metabolisme makanan. Secara lebih spesifik, kekurangan nutrisi akibat cacingan bisa menyebabkan anemia, nafsu makan turun, diare, daya tahan tubuh turun, hingga gangguan pertumbuhan. Pada kondisi yang lebih berat, terjadi penurunan fungsi kognitif sehingga daya ingat dan konsentrasi berkurang. Bila ini terjadi pada anak-anak di mana perkembangan fisik dan intelektualnya sedang berkembang sangat intens, tentu sangat besar dampaknya bagi kesehatan dan kecerdasan mereka.

Bisa pula terjadi kondisi yang memerlukan operasi, misalnya karena usus rusak/tersumbat, atau usus besar sampai keluar (prolaps) akibat infeksi cacing berat. Sangat disayangkan, menurut hasil survei Bank Dunia pada tahun 2016, Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp 30-33 miliar per tahun akibat penyakit cacing.

 Ditegaskan dr. Dian, “Cacingan mudah menular!” Larva cacing bisa menembus kulit yang bersentuhan dengan tanah, dan telur cacing bisa masuk ke tubuh melalui tangan dan makanan yang tercemar. Tanah, air, dan benda-benda yang kurang bersih bisa menjadi media penularan cacing, tanpa kita sadari. Gawatnya lagi, satu orang bisa menderita lebih dari satu jenis cacing. “Dan, satu orang kena cacingan, satu keluarga bisa tertular,” imbuhnya.

Semua orang bisa cacingan; anak-anak adalah yang paling rentan karena lebih sering bermain dengan tanah, dan mungkin belum terlalu sadar untuk menjaga kebersihan tangan sebelum makan. Pada dasarnya, cacingan bisa dicegah dengan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan melalui PHBS (Pola Hidup Bersih Sehat), dan minum obat cacing secara rutin. “Terutama jika anak sudah masuk usia dua tahun. Berikan obat cacing tiap enam bulan sekali, atau minimal satu tahun sekali,” tandas Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs, PT Johnson & Johnson Indonesia. (nid)